Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Metode Pengajaran Langsung

Model pengajaran langsung (direct instruction model) merupakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik.
Secara umum istilah model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Sedangkan pengertian model dalam belajar mengajar adalah kerangka konseptual yang melukiskan proses yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. (Udin, 1993).
Model pengajaran langsung terdiri atas tiga kata yaitu, model yang berarti pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang dibuat dan dihasilkan. Pengajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada seseorang supaya diketahui. Dan langsung berarti terus atau tidak dengan perantaraan (Alwi, 2000).
Model pengajaran langsung (direct instruction model) merupakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik.
Sintaks atau fase keseluruhan kegiatan model pengajaran langsung sebagai berikut:
Fase:
1.Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2.Mendemostrasikan / persen-tase pengetahuan dan keterampilan
3.Membimbing pelatihan
4.Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5.Memberikan kesempatan untuk pelatihan dan penerapan
Peranan Guru Tiap Fase:
1.Guru menjelaskan kompetensi atau indikator, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
2.Guru mendemostrasikan atau mempresentasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
3.Guru merencanakan dan memberikan bimbingan pelatihan awal.
4.Guru mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberikan umpan balik.
5.Guru memberikan kesempatan pelatihan lanjutan dengan perhatian khusus pada penerapam kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari. (Kardi dan Nur, 2000)
Kelima fase tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
a.Menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa.
1.Menjelaskan tujuan
Guru yang baik selalu mengawali pelajarannya dengan menjelaskan tujuan pembelajaran serta menyiapkan siswa untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pembelajaran.
2.Menyiapkan Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan mengulang pokok pembicaraan pelajaran yang lalu atau memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa.
b.Presentasi/demonstrasi
Fase kedua pengajaran langsung adalah melakukan persentase atau demostrasi pembelajaran. Menurut Syaiful dan Zain (1995) demostrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau menunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan yang disertai penjelasan lisan. Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari berasal dari mengamati, orang lain. belajar dengan cara meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindari siswa belajar melalui trial and error (Kardi dan Nur, 2000)
Demonstrasi yang efektif memerlukan penguasaan penuh terhadap apa yang diajarkan dan pengulangan yang sangat berhati-hati sebelum melakukannya di kelas. Agar dapat mendemostrasikan sesuatu dengan benar, diperlukan latihan yang intensif dan memperhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau konsep yang didemostrasikan Kardi dan Nur, 2000).
c.Menyediakan Latihan terbimbing
Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru. Prinsip-prinsip yang dapat digunakan oleh guru dalam melakukan pelatihan yaitu menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna, memberikan pelatihan sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari, hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan dan latihan terdistribusi, memperhatikan tahap-tahap awal pelatihan (Kardi dan Nur, 2000).
d.Mengecek pemahaman dan umpan balik
Fase ini ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru kepada siswa dan siswa memberi jawaban menurut pendapat mereka benar kemudian guru memberikan umpan balik atas pertanyaan tersebut. Dalam kenyataannya, tugas paling penting bagi guru yang menggunakan model pengajaran langsung adalah memberi siswa umpan balik bermakna dengan pengetahuan tentang hasil latihannya.
e.Memberi kesempatan latihan mandiri
Fase ini merupakan fase akhir dari pengajaran langsung yang biasanya diberikan kepada siswa yang berupa pekerjaan rumah. Latihan mandiri merupakan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan keterampilan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan baru yang diperoleh secara mandiri juga dapat digunakan sebagai suatu cara untuk memperpanjang waktu belajar (Kardi dan Nur, 2000).